Rabu, 03 Juni 2009

Kembali Memantapkan Nilai-Nilai Pancasila

Politik menjelang pemilu semakin memanas! Pertentangan dan bibit perpecahan semakin dikhawatirkan merebak. Dimana peran guru saat genting seperti ini? Salah satu yang ingin saya sodorkan adalah kembali menanamkan dan memantapkan nilai-nilai Pancasila yang sudah mulai dilupakan.

Mengapa Pancasila? Bukankah Pancasila sudah mulai dilupakan akhir-akhir ini padahal nilai yang terkandung didalamnya sangat cocok untuk bangsa Indonesia yang sangat beraneka ragam ini. Sangat sulit kita membayangkan bila dasar negara ini hanya mampu mengakomodasi sebagian dari keanekaragaman itu.

Disinilah guru harus mulai kembali menata nilai dari sila-sila yang terkandung di dalam Pancasila. Guru harus menyadarkan siswa akan pentingnya saling menghormati perbedaan seperti yang ada dalam dasar negara ini untuk menjaga kesatuan dan persatuan bangsa ini. Untuk itu, guru benar-benar harus memahami pula latar belakang, mengapa Soekarno mengumandangkan Pancasila pada tanggal 1 Juni 1945.

Melalui sila pertama, Para pendiri bangsa ini, khususnya Soekarno menyadari bahwa agama yang beranekaragam di Indonesia ini merupakan potensi kuat untuk meraih dan mempertahankan kemerdekaan. Agama, khususnya Islam telah banyak terbukti mampu mengobarkan semangat perjuangan meraih kemerdekaan. Sila kedua, merupakan intisari dari arus perjuangan bangsa Asia-Afrika dalam meraih kedaulatan dengan munculnya ideologi Humanisme atau kemanusiaan yang menempatkan nilai kemanusiaan dan hak asasinya diatas kepentingan lainnya. Sila ketiga, Nasionalisme pun merupakan nilai yang sangat berperan aktif dalam menumbuhkan kesadaran rakyat dalam berbangsa dan bernegara. Sila keempat, demokrasi, musyawarah dan keterwakilan menjadi alat perjuangan sekaligus karakter bangsa yang harus dikembangkan dalam pelaksanaan berbangsa. Dan terakhir, sila kelima merupakan rekayasa dan penyesuaian dari sosialisme yang tengah menghantui Eropa dalam usahanya membela keadilan.

Dari uraian diatas, bagaimana mungkin kita akan membiarkan Pancasila menjadi artefak atau peninggalan dari perjalanan sejarah bangsa? Marilah kita mulai menanamkan nilai Pancasila ini dimulai dari keteladanan. Salah satu kritik tajam yan dialamatkan terhadap Pancasila adalah ketiadaannya figur yang dapat menjadi contoh. Dan mungkin kritik itu bisa dijawab dengan melaksanakan kehidupan yang harmonis dan saling menghormati di lingkungan sekolah terlebih dahulu. Guru adalah salah satu cocok yang paling efektif dan akan dilihat langsung oleh siswa.

Langkah berikutnya adalah dengan membangun suasana demokratis di kelas. Sebagai sebuah masyarakat kecil, sekolah bisa menjadi miniatur dan media dari pelaksanaan nilai Pancasila yang efektif dan efisien. Siswa seharusnya memang tidak hanya hapal teori yang diajarkan, namun jauh lebih penting adalah dengan langsung terlibat dalam kehidupan mereka sehari-hari di kelas. Setiap tindakan, perkataan dan aktifitas mereka harus mulai diperkenalkan dalam ”frame” kepancasilaan yang universal sehingga siswa paham betul bahwa sekecil apapun tindakan mereka yang baik dan benar merupakan perwujudan dari nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Mereka harus paham bahwa Pancasila bukanlah gabungann ideologi besar dunia yang tergantung di atas langit, namun merupakan landasan dan dasar mereka untuk bertindak dalam lingkup yang lebih kecil dan mereka alami sehari-hari.

Dengan kembali memantapkan nilai-nilai Pancasila, maka kita harapkan dimasa mendatang, perbedaan tidak lagi menjadi sumber dan potensi konflik kita dalam berbangsa dan bernegara. Semoga.

Imam Wibawa Mukti,S.Pd

Guru SMP Taruna Bakti/Koordinator Program Akselerasi SMP Taruna Bakti Bandung

Jl. LLRE Martadinata 52 Bandung 4261468

085624098017

imamwibawamukti@yahoo.co.id

akselerasismptarbak.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adsense ads


ShoutMix chat widget

Add your FEED icons here